Senin, 15 Mei 2017

DAKWAH PERSUASIF

1.Pendahuluan
    Dakwah merupakan kewajiban bagi orang islam, dakwah adalah proses berkomunikasi dimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan untuk mengajaknya kepada kebenaran sesuai al qur’an dan sunnah. Dakwah dapat di lakukan dengan segala teori komunikasi, karena dakwah adalah usaha untuk menerangkan kehidupan manusia dari melakukan kesalahan/melanggar larangan agama, juga untuk memperjelas tata cara beragama islam.
    Islam mengajarkan bahwa dakwah berlangsung sepanjang zaman, mulai dari nabi Muhammad SAW, hingga akhir zaman. Tujuan dakwah adalah memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar untuk mencari ridha Allah SWT dengan cara yang baik. Islam adalah agama yang baik dan harus disebar luaskan dengan baik pula.
   Dakwah islam dilaksanakan baik dengan ucapan lisan, tulisan karangan, maupun dengan berupaya memberikan contoh yang baik dalam kehidupan umat manusia. Untuk bisa menyampaikan pesan kepada komunikan dakwah (mad’u) secara jelas, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik mad’u secara individual dalam konteks dakwah.
    Persuasifitas mengarah pada sejauh mana pesan-pesan dan aktifitas dakwah dapat mempengaruhi dan meyakinkan jamaah dakwah. Suatu komunikasi dakwah berdaya panggil secara berbeda pada jiwa orang yang diserunya. Ada daya panggil besar yang, namun ada pula yang berdaya panggil kecil. Sekecil apapun daya panggil dakwah, selayaknya dipahami sebagai efek dari kegiatan komunikasi dakwah.
    Penyebar luasan islam ke Nusantara juga tercatat sebagai hasil dari proses asimilasi kehidupan melalui jalan dakwah yang dilakukan oleh Walisongo (Sembilan wali). Dakwah islam yang mereka lakukan itu lebih dititik beratkan kepada ajaran hati (tashawuf), sehingga dapat menyentuh hati dan membina kepribadian muslim yang lemah lembut (Bambang S. Ma’arif : 2010).
  Aktivitas dakwah persuasif akan melahirkan AIDDA yaitu attention, interest, desire, decision, action. Artinya kegiatan dakwah akan dapat menghasilkan hasil yang maksimal jika pelaku dakwah berusaha membangkitkan attention (perhatian), kemusian interest (minat), desire (hasrat), decision (keputusan), dan action (menggerakan untuk berbuat) sesuai dengan harapan pelaku dakwah (Fauziah dkk : 2010).




Oleh : Zakaria efendi 

2.Hakikat Dakwah Persuatif
    Secara terminologi, para ahli berbeda-beda dalam memberikan pengertian tentang dakwah Islam. Ada yang mengartikan dakwah Islam secara luas seperti Hasan al-Banna, ada yang memberikan pengertian bahwa dakwah merupakan transformasi sosial, seperti Adi Sasono, Dawam menafsirkan dakwah secara normatif yakni mengajak manusia ke jalan kebaikan dan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan di duniadan akhirat. Meskipun terjadi perbedaan-perbedaan, tetapi sebenarnya pendapat-pendapat mereka memilki benang merah yang dapat menjadi titik temu dan hakikat dari dakwah itu sendiri, yakni dakwah Islam sebagai aktivitas (proses)mengajak kepada jalan Islam.
    Meskipun terjadi perbedaan-perbedaan, tetapi sebenarnya pendapat-pendapat nereka memilki benang merah yang dapat menjadi titik temu dan hakikat dari dakwah itu sendiri, yakni dakwah Islam sebagai aktivitas (proses)mengajak kepada jalan Islam. Dalam aktivitas mengajak kepada jalan Islam, Al-Qur’an memberikan gambaran yang jelas seperti tertera dalam surat Fushilat ayat 33.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
     Dari ayat ini ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menjalankan aktivitas dakwah, yakni dakwah bil-qoul dan dakwah bil-amal. Dakwah bil-qaul  dapat dilakukan secara individual, kelompok atau massa. Inilah yang kemudian menjadi kajian utama dalam Progam Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Bimbingan Konseling Islam (BKI). Sementara dakwah bil-amal merupakan aktivitas dakwah yang dilakukan dengan cara social engineering (rekayasa sosial). Dakwah model ini yang menjadi fokus kajian program studi pengembangan masyarakat Islam (PMI). Untuk mengefektifkan dan mengkoordinasikan antara  antara dakwah bil-qaul dengan dakwah bil-amal diperlukan adanya manajemen dan inilah yang menjadi fokus dalam Progam Studi Manajemen Dakwah (MD).
     Ismail R. Al-Faruqi dan istrinya Lois Lamnya membagi hakikat dakwah Islam pada tiga term: kebebasan, rasionalitas dan uviversalisme. Kebebasan sangat dijamin dalam agama Islam, termasuk keyakinan dalam meyakini agama. Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman, harus benar-benar yakin bahwa kebenaran ini hasil penilaiannya sendiri, karena dakwah tidak bersifat memaksa. Dakwah juga merupakan ajakan untuk berfikir. Keuniversalan Risalan Nabi Muhammad adalah untuk semua manusia, bahkan juga jin. Risalahnya berlaku sepanjang masa tanpa batasan ruang dan waktu (Tim penulis Rahmat semesta : 2003).
1. Sifat-Sifat Dasar Dakwah Dalam dialog internasional tentang Dakwah Islam dan Misi Kristen pada tahun 1976, Ismail Raji Al-Faruqi dari Universitas Temple Philadelphia, USA, merumuskan sifat-sifat dasar dakwah sebagai berikut:
a.   Dakwah bersifat persuasif, bukan koersif
b.  Dakwah ditujukan kepada pemeluk Islam dan non-Islam
 c.  Dakwah adalah anamnesis, yakni berupa mengembalikan fitrah manusia
 d.  Dakwah adalah rational intelection, dakwah bersifat rasional.
 e.  Dakwah adalah rationally necessary, dakwah bersifat kebutuhan (Moh, Ali, Aziz : 2009).
 2.  Fungsi Dakwah
a. Dengan dakwah umat Islam dapat menjadi saudara.
b. Dakwah Islam mutlak diperlukan agar Islam menjadi penyejuk bagi kehidupan manusia
c. Melalui dakwah, Islam tersebar keseluruh penjuru dunia, jadi dakwah Islam berfungsi sebagai tongkat estafet peradaban manusia.
d. Dakwah berfungsi menjaga orisinalitas pesan dakwah Nabi SAW
e. Dakwah berfungsi mencegah laknat Allah, yakni siksa untuk seluruh manusia.
 3.  Faktor Hidayah dalam Sistem Dakwah Pendapat-pendapat para ahli tafsir mengenai pengertian hidayah ada dua yakni pertama, hidayah sebagai petunjuk informatif, yaitu memberikan pemahaman tentang pesan Islam. Hidayah jenis ini ditunjukkan kepada masyarakat yang masih membutuhkan banyak informasi ajaran Islam. Kedua, hidayah sebagai petunjuk pembinaan. Dalam hal ini masyarakat dibimbing dan digerakkan untuk menjalankan ajaran Islam. Lebih rinci lagi Al-maroghi membagi hidayah Allah menjadi lima macam yaitu:
 a. Hidayah Ilham (hidayah al-Ilham) Hidayah jenis ini terbentuk sejak kita dilahirkan. Kita dituntut oleh Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan pokok kita.
b. Hidayah pancaindera (hidayah al-haws) Selain dorongan insting, kita juga dituntun oleh Allah lewat pancaindera untuk mengenali dunia disekeliling kita.
c. Hidayah akal (hidayah al-aql)
d.  Hidayah agama dan syariat (hidayah al-adyan wa al-syara’i) Melalui kita Allah  akan membimbing kita untuk menyelidiki aspek baik dan buruk dalam kehidupan ini.
e. Hidayah pertolongan (hidayah al-maunah wa al-taufiq) Hidayah ini mutlak hak milik Allah, tak satupun makhluk bisa memberikan hidayah ini. Dengan mengetahui peranan hidayah dalam Islam kita dapat memahami kebebasan dalam dakwah. Pendakwah bukan penentu hidayah tetapi pendorong. Dari berbagai macam hidayah tadi dapat diketahui bahwasanya ada keterbatasan hak dan kemampuan pendakwah untuk merubah sikap dan tingkah laku keagamaan orang yang didakwahinya. Pendakwah hanya bertugas menyampaikan ajaran Allah SWT.
3.Hambatan
     Didalam suatu tindakan yang bersifat positif maupun negatife sekalipun pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, seperti juga hambatan didapat dipungkiri bahwa dakwah persuasif juga memiliki hambatan sebagaimana awal mula datangnya agama islam ini, memiliki hambatan dan cobaan dalam melakukan dakwah ke berbagai tempat yang memiliki keadaan latar bel;akang yang berbeda-beda. Dalam hal ini ada beberapa hal yang menghambat dakwah persuasive, antara lain: Noice factor, Semantic factor,kepentingan, motivasi, Prejudice (Drs. R. Rockomy, 1969).
a)      Noice Factor
            Hambatan yang berupa suara baik disengaja maupun tidak disengaja seperti handphone berbunyi
b)      Semantic Factor
            Pemakaian kosakata yang tidak dimengerti oleh mad’u
c)      Kepentingan(Interest)
            Dakwah harus menyodorkan message yang mampu membangkitkan Interest dari mad’u, bagaimana seorang da’I mampu mengepek materi dakwah sehingga mad’u tertarik untuk menyimaknya.
d)     Motivasi
            Motivasi ini dilihat dari sudut pandang mad’u bukan pada da’I, jika motivasi mad’u mendatangi aktivitas dakwah bersifat negatif, apabila isi komunikasi bertentangan dengan komunikasi yang seharusnya ada, misalnya salah singgung akan mengakibatkan kekecewaan-jelas sekali bahwa mengenali medan adalah persyaratan utama tercapainya tujuan dakwah persuasif

e)      Prejudice
    Prasangka adalah hambatan paling berat terhadap kegiatan dakwah persuasif, prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan, yang berlainan dengan golongan orang  yang berprasangka itu
   Adanya perbedaan pandangan dan jalan hidup, mengharuskan adanya saling pengertian dan kesediaan untuk menghargai pandangan  dan jalan hidup yang lainnya (H. Musa Asy’arie : 1992). Apalagi sesama masyarakat muslim kita seharusnya saling menasehati satu sama lain, tidak menghujat dan membedakan satu golongan dengan yang lain. Inilah penyebab agama islam pada era modern ini jatuh, jatuh bukan berarti hancur, jatuh akan bisa bengkit kembali lagi sesuai yang diinginkan jikalau masyarakat muslim bersatu walaupun berbeda sudut pandang dalam melakukan amal ibadah.


4.Materi Dakwah Persuatif
     Materi dakwah persuasif menggunakan Al-Qur’an dan Hadis. Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang utama. Setiap muslim berkewajiban untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum yang terdapat di dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT, yaitu mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangnannya. sedangkan  Hadits merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Qur’an. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW dalam haditsnya. Untuk menyampaikan materi dakwah persuasif yang diambil  dari Al-Qur’an dan Hadis, dapat menggunakan beberapa cara atau strategi diantara lain :“qaulan layina, qaulan syadida, qaulan karima, qaulan maisura, qaulan baligha dan qaulan Ma’rufan,”.
1.       Qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut).
Menurut Asfihani dalam Mu’jam-nya, qaulan layyina mengandung arti lawan dari kasar, yakni halus dan lembut. Pada dasarnya halus dan lembut itu dipergunakan untuk mensifati benda oleh indera peraba, tetapi kata-kata ini kemudian dipinjam untuk menyebut sifat-sifat akhlak dan arti-arti yang lain. Jadi dakwah yang lemah lembut adalah dakwah yang dirasakan oleh mad’u sebagai sentuhan yang halus tanpa mengusik atau menyentuh kepekaan perasaannya sehingga tidak menimbulkan gangguan pikiran dan perasaan.
2.      Qaulan Syadida (perkataan yang benar).
Term qaulan syadida, menurut ibn Manshur dalam lisan al-a’rabnya, kata sadid diyang dihubungkan dengan qaul (perkataan) mengandung arti mengenai sasaran (yusib al-qashda). Jadi pesan dakwah yang secara psikologis menyentuh hati mad’u , siapa pun mad’unya, adalah jika materi yang disampaikan itu benar, baik darin segi bahasa atau pun logika, dan disampaikan dengan pijakan takwa.
3.      Qaulan Karima (perkataan yang mulia)
Dalam perspektif dakwah, qaulan karima diperlukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut. Psikologi orang usia lanjut biasanya sangat peka terhadap kata-kata yang bersifat menggurui, menyalahkan apalagi yang kasar, karena meeka merasa lebih banyak pengalaman hidupnya, dan merasa dalam kondisi telah banyak kehilangan kekuatan fisiknya. Oleh karena itu, untuk menjadikan pesan dakwah kepada orang tua itu persuasif, haruslah disampaikan dengan perkataan yang mulia.
4.      Qaulan maisura (perkataan yang ringan)
Kalimat Maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Qaulan Maisura adalah perkataan yang mudah diterima, yang ringan, yang pantas, yang tidak berliku-liku. Dakwah dengan qaulan maisura artinya pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dapat difahami secara spontan tanpa harus berfikir dua kali.
5.      Qaulan Baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)
Qaulan Baligha dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi yang efektif. Baligha artinya sampai atau fasih. Jadi, untuk orang munafik tersebut diperlukan komunikasi efektif yang bisa menggugah jiwanya. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang akan mengesakan atau membekas pada hatinya. Sebab dihatinya banyak dusta, khianat, dan ingkar janji. Kalow hatinya tidak tersentuh sulit mendukungnya.
Jalaluddin Rahmat mengartikan Qaulan Baligha tersebut menjadi dua,Qaulan Baligha terjadi bila da’i menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya sesuai dengan frame of reference and field of experience. Kedua, Qaulan Baligha terjadi bila komunikator menyentuh pada hati dan otaknya sekaligus.
6.      qaulan Ma’rufan (perkataan yang baik)
qaulan Ma’rufan dapat diartikan dengan ungkapan yang pantas. Secara etismologi qaulan Ma’rufan berarti al-hair atau ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jadi qaulan Ma’rufan mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang pantas dan baik. Jalaluddin Rahmad menjelaskan bahwa qaulan Ma’rufan adalah perkataan yang baik. Allah menggunakan fase ini ketika bicara tentang kewajiban orang-orang kaya atau orang kuat terhadap orang-orang yag miskin atau lemah. qaulan Ma’rufanberarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan pencerahan terhadap kesulitan kepada orang lemah, jika kita tidak dapat membantu secara material, kita harus dapat membantu secara psikologi (M.Munir : 2009).







5.Kesimpulan
        Dakwah persuasif adalah proses mempengaruhi mad’u dengan pendekatan psikologis, sehingga mad’u mengikuti ajakan da’i tetapi merasa sedang melakukan sesuatu atas kehendak sendiri (tidak dipaksakan).  Proses komunikasi dakwah persuasif bertujuan mengubah sikap, pendapat, dan perilaku. Menurut Ilahi (2011) kegiatan persuasif merupakan kegiatan psikologi untuk mempengaruhi pendapat, tindakan dan sikap dengan menggunakan manipulasi psikologis, sehingga individu tersebut bertintak atas kehendaknya sendiri. Aktivitas dakwah persuasif akan melahirkan AIDDA yaitu attention, interest, desire, decision, action.
    Artinya kegiatan dakwah akan dapat menghasilkan hasil yang maksimal jika pelaku dakwah berusaha membangkitkan attention (perhatian), kemusian interest (minat), desire (hasrat), decision (keputusan), dan action (menggerakan untuk berbuat) sesuai dengan harapan pelaku dakwah Karakteristik dakwah persuasif yang ditandai dengan unsur membujuk, mengajak, mempengaruhi dan meyakinkan. Dakwah Persuasif menurut QS. An-Nahl ayat 125 adalah dakwah billisan atau dakwah dengan menggunakan kata-kata atau yang dikenal Tabligh.  Al-Qur’an memberikan iatilah-istilah pesan yang persuasive dengan kalimat qaulan layina, qaulan ma’rufa, qaulan baligha, qaulan sadida, qaulan karima, qaulan maisura, dan qaulan tsaqila.
                                                                  


Referensi
Ali, Moh Aziz. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana
Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010)
Fauziah, dkk, Psikologi Dakwah, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009)
H. Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, Cetakan Pertama, 1992),
M.Munir, Metode Dakwah,Jakarta, kencana, 2009

Tim Penulis Rahmat Semesta, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH MATA KULIAH KOMUNIKASI POLITIK ( Propaganda   dan Komunikasi Politik & Retorika dalam Komunikasi Politik ) Oleh : ...